Tuesday, April 8, 2008

Guru Merupakan Aktor Kunci dalam Menentukan Keberhasilan Pendidikan

Jakarta, Pelita
Ketua Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) Kusumanegara Jakarta Drs H Sugiharto, MM mengatakan guru merupakan aktor kunci yang sangat berpengaruh dalam menentukan keberhasilan pendidikan.
Pemerintah kini tengah memproses peningkatan kualitas para guru dan dosen, ucap Sugiharto pada wisuda sarjana Strata 1 semester ganjil tahun akademik 2007/2008, kemarin. Menurutnya, sejak diberlakukannya undang-undang nomor 20 tahyn 2003 tentang sistem pendidikan nasional, undang-undang No. 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen, peraturan pemerintah No. 19 tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan dan peraturan Mendiknas No. 28 tahun 2005 tentang akreditasi perguruan tinggi ternyata memberikan dampak pembenahan pendidikan profesional guru.
Dia menjelaskan, profesional guru mencakup pemulihan standar kompetensi profesional, strategi pembenahan dan modus penyelenggaraan program pendidikan profesional guru dengan pemahaman mendasar bahwa pada sebagian besar para guru berada pada lingkungan yang belum ideal, berada pada lingkungan kultur, ekonomi birokrasi, psikologis, geografis yang belum menggembirakan. Padahal tanggung jawab untuk dapat mencapai tujuan, relevansi, efesiensi dan pemerataan pendidikan pada tingkat terbawah terletak dibahu para guru.


Sebagai konsekwensi dari implementasi UU No. 14 tahun 2005, PP No. 19 tahun 2005 dan Permendiknas No. 28 tahun 2005 menuntur STKIP Kusumanegara melakukan berbagai upaya pembenahan dan mengubah paradigma dalam aspek manajeman dan gaya kepemimpinan, kurikulum, dosen/tenaga akademis dan mahasiswa tentang pembelajaran, budaya mengajar dan kemampuamn dosen, gaya belajar mahasiswa, teknologi informasi serta melengkapi ketersediaan dan kelengkapan sumber dan alat belajar untuk mewujudkan suatu pembelajaran yang efektif, antara lain memiliki kepemimpinan administrasi yang kuat, tidak ada mahasiswa yang memiliki nilai dibawah standar dan prestasi yang telah ditentukan; lingkungan yang kondusif, aman dan tidak ada gangguan sesuai dengan atura, pembelajaran bersifat luas dan mendalam, kemajuan mahasiswa selalu dimonitor dan memiliki iklim serta etos kerja yang baik.
Menurutnya, upaya tersebut dilakukan untuk mewujudkan suatu tujuan bagaimana lulusan dapat menjadi guru profesional dengan tugas utama mendidik, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini di jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah.
Oleh sebab itu, kata Sugiharto, diperlukan strategi sistem pengelolaan pendidikan dan menata ulang sistem pendidikan di STKIP Kusumanegara ke arah yang lebih dapat mengakomodir semua aspek pengelolaan pendidikan secara lengkap dan mempunyai visi ke depan secara utuh dan lengkap, antara lain manajeman dan kepemimpinan dengan mengembangkan suatu konsep dan peran kepemimpinan visioner yang bersih, transparan dan profesional dengan berlandaskan format iman dan itikad baik, berpikir positif, aktual dalam memberikan yang terbaik untuk kepentingan umum, apresiasi yang seimbang untuk tingkat kesejahteraan yang lebih baik dengan mengembangkan bentuk berpartisipasi dan hasil yang dicapai adalah merupakan kerjasama dalam satu kesatuan.
Kelima hal tersebut dalam implementasinya selalu diberangi dengan upaya melalui sentuhan yang menghadirkan Allah SWT dalam setiap perilaku dengan menyatukan akal, pikiran dan qolbu (hati), ujarnya.
Selain itu, pengelolaan kurikulum yang baik, pengembangan sumber daya manusia yang baik, pengelolaan sumber dan sarana pembelajaran dengan baik, pengelolaan kemahasiswaan dengan baik. (kim)
Baca Selengkapnya......

Monday, April 7, 2008

Seabad Buya HAMKA


MENENGOK MUSEUM BUYA HAMKA
Dibangun dan Dirawat oleh Peziarah Negeri Jiran

Di zaman Soekarno, dia pernah di penjara karena menentang komunis. Namun, dari penjara, dia mampu menyelesaikan tafsir Alquran. Dialah Haji Abdul Malik Karim Amrullah yang lebih dikenal dengan Buya Hamka, tokoh agama panutan asal Sumatera Barat (Sumbar). Ironisnya, pembangunan museum untuk mengenang jasa-jasanya dibangun dan dirawat oleh peziarah negeri Jiran.
MUSEUM Buya Hamka terletak tidak jauh dari Danau Maninjau atau tepatnya di Desa Batang Maninjau,Kec Tanjung Raya,Kab Agam, Sumbar. Di sana terdapat beberapa rak yang menyusun rapi 260 koleksi buku almarhum Buya Hamka.

Ratusan buku itu akan membawa kita menyelami pemikiran tokoh Muhammadiyah ini. Entah kebetulan atau tidak,yang jelas museum yang dulunya tempat tinggal Buya Hamka itu terletak di ketinggian. Karena itu,untuk mencapainya terlebih dahulu pengunjung menaiki beberapa anak tangga yang terbuat dari semen.

Dari tempat tersebut, kita bisa melihat hijaunya air Danau Maninjau. Bangunan museum yang luasnya sekitar 15 x 10 meter persegi itu terlihat sangat bersih dan terawat rapi. Begitu juga dengan rumput rumput yang ditanam di sekeliling museum.Sayangnya,yang memiliki peranan besar terhadap perawatan dan pembangunan museum adalah peziarah yang berasal dari negara-negara jiran, seperti Malaysia, Singapura,dan Brunei Darussalam.

Sementara itu, peziarah yang berasal dari negeri sendiri jarang sekali datang, Pemerintah daerah (pemda) yang diharapkan dapat melestarikan museum tersebut, ternyata belum banyak membantu, Praktis,keberadaan museum Buya Hamka ditentukan oleh peziarah yang berasal dari negara Jiran.

”Setiap minggu sekitar dua hingga tiga bus dari Malaysia berziarah ke sini,” tutur Martunis Karim, mantan siswa Buya Hamka saat ditemui di Museum Buya Hamka, kemarin.

Kondisi tersebut sangat mengherankan. Padahal, Buya Hamka merupakan sastrawan,budayawan, ulama, sekaligus politikus Indonesia yang terkenal pada masanya. Bahkan,Buya Hamka disebut-sebut mempunyai jasa besar dalam menyumbangkan karakter bangsa , terutama dalam bidang sastra. Karena itulah, Ketua Rombongan Safari Dakwah Jamaah ORBIT Din Syamsuddin berharap kondisi seperti itu tidak berlanjut.


Semua pihak semestinya menyadari dan melakukan introspeksi atas hal itu.Selain itu,Pemda Sumbar dan pengelola dari museum harus mulai melakukan sosialisasi. ”Ini mungkin salah satu manifestasi kurangnya kita menghargai sejarah dan memberikan penghargaan,” tutur Din.

Padahal, sebenarnya bila dilihat dari karya dan jasa yang diberikan ulama besar seperti Buya Hamka, seharusnya nama Buya Hamka sangat layak diabadikan sebagai sebuah jalan di Jakarta, Ibu Kota Indonesia. Sayangnya, hingga saat ini, nama jalan di ibu kota tidak ada yang bernama Buya Hamka.(hermansah)
Biografi
HAMKA (1908-1981), adalah akronim kepada nama sebenar Haji Abdul Malik bin Abdul Karim Amrullah. Beliau adalah seorang ulama, aktivis politik dan penulis Indonesia yang amat terkenal di alam Nusantara. Beliau lahir pada 17 Februari 1908 di kampung Molek, Maninjau, Sumatera Barat, Indonesia. Ayahnya ialah Syeikh Abdul Karim bin Amrullah atau dikenali sebagai Haji Rasul, seorang pelopor Gerakan Islah (tajdid) di Minangkabau, sekembalinya dari Makkah pada tahun 1906.
Hamka mendapat pendidikan rendah di Sekolah Dasar Maninjau sehingga kelas dua. Ketika usia HAMKA mencapai 10 tahun, ayahnya telah mendirikan Sumatera Thawalib di Padang Panjang. Di situ Hamka mempelajari agama dan mendalami bahasa Arab. Hamka juga pernah mengikuti pengajaran agama di surau dan masjid yang diberikan ulama terkenal seperti Syeikh Ibrahim Musa, Syeikh Ahmad Rasyid, Sutan Mansur, R.M. Surjopranoto dan Ki Bagus Hadikusumo.
Hamka mula-mula bekerja sebagai guru agama pada tahun 1927 di Perkebunan Tebing Tinggi, Medan dan guru agama di Padang Panjang pada tahun 1929. Hamka kemudian dilantik sebagai dosen di Universitas Islam, Jakarta dan Universitas Muhammadiyah, Padang Panjang dari tahun 1957 hingga tahun 1958. Setelah itu, beliau diangkat menjadi rektor Perguruan Tinggi Islam, Jakarta dan Profesor Universitas Mustopo, Jakarta. Dari tahun 1951 hingga tahun 1960, beliau menjabat sebagai Pegawai Tinggi Agama oleh Menteri Agama Indonesia, tetapi meletakkan jabatan itu ketika Sukarno menyuruhnya memilih antara menjadi pegawai negeri atau bergiat dalam politik Majlis Syura Muslimin Indonesia (Masyumi).
Hamka adalah seorang otodidiak dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan seperti filsafat, sastra, sejarah, sosiologi dan politik, baik Islam maupun Barat. Dengan kemahiran bahasa Arabnya yang tinggi, beliau dapat menyelidiki karya ulama dan pujangga besar di Timur Tengah seperti Zaki Mubarak, Jurji Zaidan, Abbas al-Aqqad, Mustafa al-Manfaluti dan Hussain Haikal. Melalui bahasa Arab juga, beliau meneliti karya sarjana Perancis, Inggris dan Jerman seperti Albert Camus, William James, Sigmund Freud, Arnold Toynbee, Jean Paul Sartre, Karl Marx dan Pierre Loti. Hamka juga rajin membaca dan bertukar-tukar pikiran dengan tokoh-tokoh terkenal Jakarta seperti HOS Tjokroaminoto, Raden Mas Surjopranoto, Haji Fachrudin, Ar Sutan Mansur dan Ki Bagus Hadikusumo sambil mengasah bakatnya sehingga menjadi seorang ahli pidato yang handal.
Hamka juga aktif dalam gerakan Islam melalui organisasi Muhammadiyah. Beliau mengikuti pendirian Muhammadiyah mulai tahun 1925 untuk melawan khurafat, bidaah, tarekat dan kebatinan sesat di Padang Panjang. Mulai tahun 1928, beliau mengetuai cabang Muhammadiyah di Padang Panjang. Pada tahun 1929, Hamka mendirikan pusat latihan pendakwah Muhammadiyah dan dua tahun kemudian beliau menjadi konsul Muhammadiyah di Makassar. Kemudian beliau terpilih menjadi ketua Majlis Pimpinan Muhammadiyah di Sumatera Barat oleh Konferensi Muhammadiyah, menggantikan S.Y. Sutan Mangkuto pada tahun 1946. Beliau menyusun kembali pembangunan dalam Kongres Muhammadiyah ke-31 di Yogyakarta pada tahun 1950.
Pada tahun 1953, Hamka dipilih sebagai penasihat pimpinan Pusat Muhammadiah. Pada 26 Juli 1977, Menteri Agama Indonesia, Prof. Dr. Mukti Ali melantik Hamka sebagai ketua umum Majlis Ulama Indonesia tetapi beliau kemudiannya meletak jawatan pada tahun 1981 karena nasihatnya tidak dipedulikan oleh pemerintah Indonesia.
Kegiatan politik Hamka bermula pada tahun 1925 ketika beliau menjadi anggota partai politik Sarekat Islam. Pada tahun 1945, beliau membantu menentang usaha kembalinya penjajah Belanda ke Indonesia melalui pidato dan menyertai kegiatan gerilya di dalam hutan di Medan. Pada tahun 1947, Hamka diangkat menjadi ketua Barisan Pertahanan Nasional, Indonesia. Beliau menjadi anggota Konstituante Masyumi dan menjadi pemidato utama dalam Pilihan Raya Umum 1955. Masyumi kemudiannya diharamkan oleh pemerintah Indonesia pada tahun 1960. Dari tahun 1964 hingga tahun 1966, Hamka dipenjarakan oleh Presiden Sukarno karena dituduh pro-Malaysia. Semasa dipenjarakanlah maka beliau mulai menulis Tafsir al-Azhar yang merupakan karya ilmiah terbesarnya. Setelah keluar dari penjara, Hamka diangkat sebagai anggota Badan Musyawarah Kebajikan Nasional, Indonesia, anggota Majelis Perjalanan Haji Indonesia dan anggota Lembaga Kebudayaan Nasional, Indonesia.
Selain aktif dalam soal keagamaan dan politik, Hamka merupakan seorang wartawan, penulis, editor dan penerbit. Sejak tahun 1920-an, Hamka menjadi wartawan beberapa buah akhbar seperti Pelita Andalas, Seruan Islam, Bintang Islam dan Seruan Muhammadiyah. Pada tahun 1928, beliau menjadi editor majalah Kemajuan Masyarakat. Pada tahun 1932, beliau menjadi editor dan menerbitkan majalah al-Mahdi di Makasar. Hamka juga pernah menjadi editor majalah Pedoman Masyarakat, Panji Masyarakat dan Gema Islam.
Hamka juga menghasilkan karya ilmiah Islam dan karya kreatif seperti novel dan cerpen. Karya ilmiah terbesarnya ialah Tafsir al-Azhar (5 jilid) dan antara novel-novelnya yang mendapat perhatian umum dan menjadi buku teks sastera di Malaysia dan Singapura termasuklah Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, Di Bawah Lindungan Kaabah dan Merantau ke Deli.
Hamka pernah menerima beberapa anugerah pada peringkat nasional dan antarabangsa seperti anugerah kehormatan Doctor Honoris Causa, Universitas al-Azhar, 1958; Doktor Honoris Causa, Universitas Kebangsaan Malaysia, 1974; dan gelar Datuk Indono dan Pengeran Wiroguno dari pemerintah Indonesia.
Hamka telah pulang ke rahmatullah pada 24 Juli 1981, namun jasa dan pengaruhnya masih terasa sehingga kini dalam memartabatkan agama Islam. Beliau bukan sahaja diterima sebagai seorang tokoh ulama dan sasterawan di negara kelahirannya, malah jasanya di seluruh alam Nusantara, termasuk Malaysia dan Singapura, turut dihargai.

Daftar Karya Buya Hamka

1. Khatibul Ummah, Jilid 1-3. Ditulis dalam huruf Arab.
2. Si Sabariah. (1928)
3. Pembela Islam (Tarikh Saidina Abu Bakar Shiddiq),1929.
4. Adat Minangkabau dan agama Islam (1929).
5. Ringkasan tarikh Ummat Islam (1929).
6. Kepentingan melakukan tabligh (1929).
7. Hikmat Isra' dan Mikraj.
8. Arkanul Islam (1932) di Makassar.
9. Laila Majnun (1932) Balai Pustaka.
10. Majallah 'Tentera' (4 nomor) 1932, di Makassar.
11. Majallah Al-Mahdi (9 nomor) 1932 di Makassar.
12. Mati mengandung malu (Salinan Al-Manfaluthi) 1934.
13. Di Bawah Lindungan Ka'bah (1936) Pedoman Masyarakat,Balai Pustaka.
14. Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck (1937), Pedoman Masyarakat, Balai Pustaka.
15. Di Dalam Lembah Kehidupan 1939, Pedoman Masyarakat, Balai Pustaka.
16. Merantau ke Deli (1940), Pedoman Masyarakat, Toko Buku Syarkawi.
17. Margaretta Gauthier (terjemahan) 1940.
18. Tuan Direktur 1939.
19. Dijemput mamaknya,1939.
20. Keadilan Ilahy 1939.
21. Tashawwuf Modern 1939.
22. Falsafah Hidup 1939.
23. Lembaga Hidup 1940.
24. Lembaga Budi 1940.
25. Majallah 'SEMANGAT ISLAM' (Zaman Jepun 1943).
26. Majallah 'MENARA' (Terbit di Padang Panjang), sesudah revolusi 1946.
27. Negara Islam (1946).
28. Islam dan Demokrasi,1946.
29. Revolusi Pikiran,1946.
30. Revolusi Agama,1946.
31. Adat Minangkabau menghadapi Revolusi,1946.
32. Dibantingkan ombak masyarakat,1946.
33. Didalam Lembah cita-cita,1946.
34. Sesudah naskah Renville,1947.
35. Pidato Pembelaan Peristiwa Tiga Maret,1947.
36. Menunggu Beduk berbunyi,1949 di Bukittinggi,Sedang Konperansi Meja Bundar.
37. Ayahku,1950 di Jakarta.
38. Mandi Cahaya di Tanah Suci. 1950.
39. Mengembara Dilembah Nyl. 1950.
40. Ditepi Sungai Dajlah. 1950.
41. Kenangan-kenangan hidup 1,autobiografi sejak lahir 1908 sampai pd tahun 1950.
42. Kenangan-kenangan hidup 2.
43. Kenangan-kenangan hidup 3.
44. Kenangan-kenangan hidup 4.
45. Sejarah Ummat Islam Jilid 1,ditulis tahun 1938 diangsur sampai 1950.
46. Sejarah Ummat Islam Jilid 2.
47. Sejarah Ummat Islam Jilid 3.
48. Sejarah Ummat Islam Jilid 4.
49. Pedoman Mubaligh Islam,Cetakan 1 1937 ; Cetakan ke 2 tahun 1950.
50. Pribadi,1950.
51. Agama dan perempuan,1939.
52. Muhammadiyah melalui 3 zaman,1946,di Padang Panjang.
53. 1001 Soal Hidup (Kumpulan karangan dr Pedoman Masyarakat, dibukukan 1950).
54. Pelajaran Agama Islam,1956.
55. Perkembangan Tashawwuf dr abad ke abad,1952.
56. Empat bulan di Amerika,1953 Jilid 1.
57. Empat bulan di Amerika Jilid 2.
58. Pengaruh ajaran Muhammad Abduh di Indonesia (Pidato di Kairo 1958),
utk Doktor Honoris Causa.
59. Soal jawab 1960, disalin dari karangan-karangan Majalah GEMA ISLAM.
60. Dari Perbendaharaan Lama, 1963 dicetak oleh M. Arbie, Medan; dan 1982
oleh Pustaka Panjimas, Jakarta.
61. Lembaga Hikmat,1953 oleh Bulan Bintang, Jakarta.
62. Islam dan Kebatinan,1972; Bulan Bintang.
63. Fakta dan Khayal Tuanku Rao, 1970.
64. Sayid Jamaluddin Al-Afhany 1965, Bulan Bintang.
65. Ekspansi Ideologi (Alghazwul Fikri), 1963, Bulan Bintang.
66. Hak Asasi Manusia dipandang dari segi Islam 1968.
67. Falsafah Ideologi Islam 1950(sekembali dr Mekkah).
68. Keadilan Sosial dalam Islam 1950 (sekembali dr Mekkah).
69. Cita-cita kenegaraan dalam ajaran Islam (Kuliah umum)
di Universiti Keristan 1970.
70. Studi Islam 1973, diterbitkan oleh Panji Masyarakat.
71. Himpunan Khutbah-khutbah.
72. Urat Tunggang Pancasila.
73. Doa-doa Rasulullah S.A.W,1974.
74. Sejarah Islam di Sumatera.
75. Bohong di Dunia.
76. Muhammadiyah di Minangkabau 1975,(Menyambut Kongres Muhammadiyah di Padang).
77. Pandangan Hidup Muslim,1960.
78. Kedudukan perempuan dalam Islam,1973.
79. [Tafsir Al-Azhar] Juzu' 1-30, ditulis pada masa beliau dipenjara
oleh Sukarno.
sumber: - seputar-indonesia.com 17/05/2007
- Dari Wikipedia Indonesia, ensiklopedia bebas berbahasa Indonesia.
Baca Selengkapnya......

Friday, April 4, 2008

Ayat - Ayat Cinta dan Film Fitna

Setelah melihat kesuksesan film Ayat - Ayat Cinta, bangsa Indonesia dan umumnya umat muslim seluruh dunia dihebohkan dengan film Fitna karya politikus dari negri Belanda.
banyak tanggapan yang beragam tentang isi dari film tersebut, berita hari ini di Indonesia sejumlah ISP (Internet Service Provider) memilih tunduk pada surat menkominfo bapak M. Nuh untuk memblokir situs www.youtube.com karena telah menayangkan film karya politikus belanda tersebut.
pemblokiran situs youtube di tanggapi beragam oleh masyarakat ada yang pro dan kontra seperti di detiknetforum http://forum.detikinet.com/showthread.php?t=18313.
menanggapi soal film ini saya berpikiran ini adalah sebuah test terhadap umat muslim seduania apakah benar seperti yang dituduhkan bahwa umat islam itu senang kekerasan?
dengan dalih kebebasan berpendapat dinegri Belanda dan negara - negara Barat kadang sangat keterlaluan apakah kita yang muslim harus Menerima penghinaan ini supaya dianggap sebagai kedewasaan dalam beragama ?
Padahal ini merupakan kebebalan, mati rasa dan sikap masa bodoh terhadap kriminalitas. Tidak boleh dibiarkan dengan dalih kebebasan dipakai untuk menghina kelompok lain dan agama orang lain, karena ini kriminal. Baca Selengkapnya......