Wednesday, October 10, 2007

Bencana dan pola kehidupan kita

Bencana dinegara kesatuan Republik Indonesia tercinta ini, semakin akrab dalam kehidupan kita, tiap hari, tiap minggu, tiap bulan sepanjang tahun bencana sepertinya tak ada hentinya menghinggapi negara dengan mayoritas penduduknya ber KTP mencantumkan agama islam ini.
ada sebuah pertanyaan mengapa mayoritas islam di NKRI ini demikian akrabnya dengan musibah?
saya pernah mendengar dari seorang khotib sholat jum'at dalam khotbahnya (kalau saya tak lupa, mohon dima'afkan, dan mohon diampuni oleh yang maha kuasa Allah SWT)

ada 5 sebab sebuah bangsa terhindar dari sebuah bencana oleh yang maha kuasa

1. Ulama yang istiqomah dalam mengajarkan kebenaran.
2. Pemimpin yang adil dan bijak dalam mengambil keputusan.
3. Para pedagang dan pengusaha yang jujur.
4. Rakyat yang taat kepada peraturan.
5. Karyawan yang disiplin dengan pekerjaannya.

kalau kita lihat dari 5 sebab diatas apakah memang layak bangsa ini diberi bencana oleh yang maha kuasa? Baca Selengkapnya......

Puasa dan Orang Yang Makan Disiang Hari

Pada saat saya kecil pada tahun 70an sampai tahun 80an orang yang berjualan makanan pada siang hari saat bulan puasa dipusat keramayan biasanya tertutup, kalau diwarteg pinggir jalan yang terlihat hanya kakinya saja, rasa malu mungkin masih ada, dijaman sekarang orang sudah tak punya malu lagi makan ditempat keramaian bahkan ada juga yang berpeci mirip haji makan seenaknya diareal terbuka.

entah mental dari saudara kita memang sedang menurun ataukah tidak ada lagi rasa malu yang hinggap didada mereka? jangan tanya kenapa!(kata sebuah iklan) Baca Selengkapnya......

Harga dan Hari Raya

Pada sa'at menjelang hari raya begini kita sudah akrab dengan harga - harga yang naik diluar batas kewajaran, para pedagang seakan tak peduli bahwa dengan harga normalpun barang mereka sudah sulit dibeli oleh warga yang memang kurang mampu apalagi mereka naikan entah berapa ratus persen !!!

semua orang ingin membeli semua kebutuhan pokok, tak peduli dengan harga yang dinaikan, mungkin mereka pikir tak apalah setahun sekali ini dengan begitu memancing pihak pedagang untuk mengambil keuntungan berlebih.

kebetulan saya dengan istri pergi ke sebuah pusat perbelanjaan di kota bogor untuk membeli daging sapi, disana sudah banyak orang yang berkumpul untuk mendapatkan daging dengan cara berebut karena memang harganya dibawah harga pasar tradisional.

memang tak nyaman tapi yach jalani saja dengan sedikit keikhlasan dan kesabaran.

para pendahulu kita, orang - orang tua sebelum kita mereka rajin menabung untuk hal - hal seperti ini, kalau ingin daging biasanya diadakan dengan cara matung (kumpulan warga memberikan uang bisanya tiap bulan sampai pada besaran tertentu) pada umumnya untuk dibelikan sapi atau kerbau. Baca Selengkapnya......